Hanya sebuah rasa
Tak bernama
Entah, mungkin juga tak bermakna
Sesaknya mampu menelikung setiap rongga di dada
Aku tak mengerti kenapa ia ada
Hanya sebuah rasa
Yang muncul begitu tiba-tiba
Setelah tawa
Setelah harap yang begitu berlebih
Lalu sekejap ia ada
Menggoreskan luka
Hanya sebuah rasa
Membuatku terdiam begitu lama
Meratapi
Lalu perlahan menyadari
Bahwa ia, hanyalah sebuah rasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar